ANALISIS FRAMING
Analisis framing merupakan sebuah pendekatan penelitian kualitatif yang
masih terbilang baru.[1]Sebuah
bentuk analisis teks, berbeda dengan analisis isi, analisis framing
memiliki karakteristik yang unik, pusat perhatiannya adalah pembentukan pesan
dari teks. Melihat dari segi bagaimana pesan atau peristiwa di konstruksikan
oleh media. Bagaimana wartawan mengkonstruksikan peristiwa dan menyajikannya
kepada khalayak.
Frame
dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang
mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta yang menyediakan
kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas.[2]
Salah seorang
sosiolog Erving Goffman (1974) yang membangun kerangka analisis (Analysis Frame) memberikan pemahaman
cukup sistematis bagaimana kita membangun pengharapan dalam kehidupan
sehari-hari. Goffman tertarik mengamati kesalahan yang sering kita buat dalam
kehidupan sehari-hari. Bagaimana seseorang sering menyalahartikan kesopanan
dengan rayuan bagaimana penipu bisa mengelabuhi orang.[3]
Framing
adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang
digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. [4]
Cara
pandang atau perspektif itulah yang pada akhirnya menetukan fakta apa yang akan
diambil, bagian mana yang akan ditonjolkan dan bagian yang dihilangkan, dan
akan dibawa kemana berita tersebut.
Gamson dan Modigliani menyebut cara pandang itu sebagai sebuah kemasan (package). Frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang tersusun
sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang
berkaitan dengan objek suatu wacana.
Framing merupakan metode penyajian realitas
dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan
dibelokkan secara halus, dengan memberikan penonjolan terhadap aspek-aspek
tertentu, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi tertentu, dan
dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya (Sudibyo,2001:1861).[5]
Berdasarkan
kesimpulan di atas framing merupakan pendekatan
untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh
wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita, kemudian cara pandang atau
perspektif itu akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang
ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Dalam
model framing Edelman ini realitas
itu tergantung dari apa yang kita tafsirkan tentang realitas tersebut, realitas
yang sama bisa saja menciptakan realitas yang berbeda ketika realitas itu dibingkai
atau dikonstruksi dengan cara yang berbeda.
Sebuah
realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh media. Bahkan
pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda. Realitas begitu kompleks, penuh
dimensi, ketika dimuat dalam berita bisa jadi akan menjadi realitas suatu
dimensi.[6]
Tabel 2.3
Mendefinisikan realitas tertentu
|
Melupakan definisi lain atas realitas
|
Penonjolan Aspek tertentu
|
Pengaburan aspek lain
|
Penyajian sisi tertentu
|
Penghilang aspek sisi lain
|
Pemilihan fakta tertentu
|
Pengabaian fakta lain
|
Sumber :Eriyanto,
Analisis Framing Konnstruksi, Ideologi,
dan Politik Media,(Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2012) Hlm. 167
[1]Eriyanto, Analisis Framing Konnstruksi, Ideologi, dan Politik Media,(Yogyakarta:
LKiS Group, 2012) Hlm. 12
[2]Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika, dan Analisis Framing, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012)
Hlm. 161
[3] Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: Rajawali
Pers,2012) Hlm .58
[4] Eriyanto, Analisis Framing Konnstruksi, Ideologi, dan Politik Media,
(Yogyakarta: LKiS Group, 2012),
Hlm. 225
[5]Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Hlm. 255
[6]Eriyanto, Analisis Framing Konnstruksi, Ideologi, dan Politik Media,(Yogyakarta:
LKiS Group, 2012), Hlm. 165
Komentar
Posting Komentar